Postingan

Di Tanah Syiurga

  Di Tanah surga yang katanya tongkat kayu dan batu pun bisa tumbuh jadi tanaman, gema dari menara-menara doa bersahut-sahutan seperti kabut yang tak pernah surut, menyelimuti gang sempit hingga gedung-gedung angkuh pencakar awan. Jadwal ceramah lebih padat dari rapat kabinet, dan seruan suci lebih gegap gempita daripada jerit keadilan. Tanah ini sering disebut sebagai negeri paling beriman, tempat berjuta jiwa mengangkat tangan ke langit. Tak hanya Jalan Cahaya, tapi juga lorong-lorong kepercayaan lain berdetak di dalamnya. Tapi lihatlah, semakin tinggi menara dibangun, semakin dalam luka sosial menganga. Mereka berkata tanah ini penuh berkah, tapi datanya lebih jujur dari doa, korupsi jadi budaya, kemiskinan jadi warisan, dan keadilan? Ia bagai hantu yang hanya muncul di pidato kampanye. Di negeri ini, doa tak kurang, dzikir melimpah, dan ibadah tak pernah henti. Tapi kenapa kebenaran justru menjadi tamu yang paling jarang diundang? Seolah Langit telah ditarik paksa ke ruan...

Penciptaan Kekacauan dan Keruntuhan Pemerintahan

  "Setiap kekuasaan berdiri di atas panggung rapuh bernama keteraturan. Namun, seperti kaca yang indah sekaligus mudah retak, keteraturan itu bisa pecah hanya dengan sedikit guncangan. Kekacauan bukanlah sekadar kebisingan jalanan atau asap dari ban terbakar, melainkan sebuah strategi tua yang berulang kali hadir dalam sejarah manusia, kadang lahir dari kelaparan, kadang dari ambisi, kadang dari tangan-tangan asing yang tersembunyi. Sejarah dunia menunjukkan, tak ada pemerintahan yang benar-benar jatuh karena peluru semata; banyak yang runtuh oleh riuh massa, krisis ekonomi, banjir informasi palsu, atau kelemahan institusinya sendiri. Di situlah ironi politik bersemayam, sebuah rezim yang terlihat kokoh bisa hancur hanya karena benih kekacauan yang tumbuh tak terkendali."   Kekacauan Sosial: Jalanan Sebagai Arena Kekuasaan Dalam teori gerakan sosial (social movement theory), massa dianggap sebagai kekuatan laten yang dapat melegitimasi atau mendelegitimasi penguasa. K...

Guru dengan Wajah Menyebalkan

  “Kesuksesan sering menipu, tetapi kegagalan hampir selalu jujur. Ia datang tanpa topeng, tanpa basa-basi, membawa kenyataan sekeras batu yang dilemparkan ke wajah kita.” Pertemuan Pertama dengan Guru yang Kejam Kegagalan adalah guru pertama yang kita temui begitu berani mencoba. Ia tidak pernah mengundang kita duduk di bangku sekolah, tetapi tiba-tiba saja sudah berdiri di depan kelas, menatap tajam, seakan berkata, “Belajar dariku, atau hancur olehku.” Sayangnya, tidak ada yang suka belajar dari guru yang satu ini. Wajahnya kusut, suaranya keras, metodenya penuh luka. Jika keberhasilan datang dengan senyuman manis dan tepukan hangat di bahu, maka kegagalan datang dengan cambuk di tangan. Ironisnya, justru guru yang paling dibenci inilah yang paling jujur. Kita sering membayangkan hidup sebagai jalan lurus menuju cita-cita. Namun, kenyataannya penuh lubang, jalan buntu, dan jurang yang tiba-tiba menganga. Dan di setiap tersandung, kegagalan sudah menunggu di sana. Ia me...