Ketika Lupa Menjadi Manusia
Dunia hari ini tampak seperti lansia yang tak hanya renta, tapi juga hamil tua. Tapi jangan salah sangka, ini bukan kehamilan yang dinanti-nanti. Bukan pula hasil cinta. Dunia tengah mengandung benih dari perkosaan ideologis, disemai oleh kerakusan, dan dibesarkan dalam rahim ketakutan massal. Sebuah generasi akan lahir darinya—bukan untuk membawa terang, tapi untuk mewarisi kegilaan spiritual yang tak lagi berakar pada nilai-nilai moral. Yang paling menyakitkan bukanlah kenyataan itu sendiri, tapi bagaimana kita menyambutnya dengan riuh sorak sorai yang dibungkus dengan nama suci: agama. Yang dahulu diturunkan sebagai cahaya penuntun, kini diseret ke ruang lomba, dipertarungkan seperti layanan transportasi daring. Surga menjadi tujuan ekspres. Tak perlu amal, cukup serang yang berbeda. Tak perlu uang, cukup transfer ayat dan unggah sumpah serapah ke media sosial. Dan yang lebih menyedihkan lagi—semua merasa menjadi agen resmi Tuhan. Dalam dunia yang seperti ini, saya ber...